Piece of Art

Minggu, 18 Januari 2015

Fan Fiction : Love Never Wrong But It Might Too Late Part 2

MY RAINY DAY



Jackson POV
Sudah tujuh tahun berlalu semenjak Mark pergi ke Los Angeles. Aku menjalani hidupku sebagaimana mestinya laki-laki menjalani kehidupan. Dari semua usaha bunuh diri yang ku lakukan gagal, kini aku hanya bisa berharap bahwa Mark akan datang kembali meskipun entah bagaimana statusnya. Ku rasa hidupku tidak sia-sia walaupun tanpa Mark karena aku menjadi sukarelawan di gereja dekat rumahku. Aku meninggalkan semua kenangan ku bersama Mark di rumah sewaan itu, dan juga tak berkomunikasi lagi dengan Suzy. Yang ku punya hanyalah nomor Jay di hp-ku, berharap Jay akan menelponku jika Mark datang.

“Kak, aku lapar.” rintihan anak kecil yang berada di depan rumahku

Aku tak tahu dia siapa tapi wajahnya mirip sekali dengan Mark. Aku memperbolehkannya masuk dan memberikan dia makanan.

“Kamu berasal dari mana? Dimana orangtua mu ?”

“Aku.. aku tersesat disini. Aku tak bisa menemukan ayahku, kak.” anak kecil itu menangis

“Aku akan telepon ayahmu, berikan noomornya padaku.”

Lalu, aku menelpon ayah dari anak itu. Saat aku mendengar suaranya, aku melihat ke arah anak kecil tersebut.

“Apakah kamu mark ?” tanyaku tanpa memikirkan anak kecil itu

“Siapa kamu ? Kau mengenaliku ?”

“Kau tak tahu siapa aku?” tanyaku padanya

“Bagaimana bisa aku mengetahui siapa kau hanya dengan suaramu!” bentaknya

“Anakmu ada dirumahku, datanglah segera kesini. Dia tersesat dan sangat menunggu kehadiranmu. Aku akan kirim alamat lengkap rumahku.” aku mematikan ponselku

Aku terdiam sejenak, selama tujuh tahun aku mendengar kembali suara itu. suara yang selalu aku simpan dalam hati dan pikiranku.

“Kak, apakah ayahku akan datang kesini ?”

“Tunggu saja.”

Aku pergi ke kamarku dan mengabaikan anak itu hingga ayahnya datang. Aku benar-benar tak berharap ayah dari anak tersebut adalah Mark. Aku hanya belum bisa menerima kenyataan, mungkin aku akan hancur berkeping-keping.



*knock-knock*

Aku mendengar ketukan suara pintu, aku membiarkan anak kecil itu membuka pintu. Aku tetap mengabaikannya dan menaikkan volume lagu di kamarku.

“Kak, bukalah pintu. Aku ingin berpamitan pulang.” kata anak kecil itu

Aku mendengarnya tapi aku masih mengabaikannya, hingga tak lama kemudian aku mendengar suara pintu kamarku terbuka.

“Terimakasih sudah menyelamatkan anakku, jika bukan karena kau mungkin aku tak tahu mencarinya kemana lagi.”

“Nevermind.” Kataku tanpa menoleh ke arahnya

Tanpa ku sadari, aku meneteskan airmata. Suara yang selama ini aku rindukan.

“Siapa namamu ?” dia bertanya lagi padaku

“Bawalah anakmu pulang sekarang, dia pasti merindukan ibunya.”

“Bagaimanapun juga aku berhutang budi padamu, aku ingin tahu siapa namamu ?”

“Tak perlu! Pergilah sekarang! Aku tak ingin diganggu.” Bentakku

“Maaf jika kami mengganggu waktumu tapi jujur kau seperti orang yang ku kenal.”

“Kau mengenaliku?” dan aku meneteskan airmata lagi

“Hanya sekilas, mungkin aku salah orang. Kami pergi dulu, terimakasih.”

Aku menangis tak henti saat mendengar suara pintu kamarku tertutup. Hatiku sakit, aku ingin tahu apakah dia benar-benar Mark? Tapi, jika aku menoleh ke belakang aku yakin aku tak bisa menerima kenyataan yang ada. Mengapa dia mengingkari janjinya ? Bukankah dia bilang dia akan menikah setelah aku menikah ? Mengapa dia duluan yang menikah ? Mengapa dia tak mengabariku saat dia menikah ? Aku sangat membencinya.

Setelah dua jam menangis di kamar, aku keluar dari rumah. Tepat di depan pintu, aku melihatnya. Seseorang yang membodohiku dan melukai hatiku.

“Terimakasih.” dia tersenyum padaku

“Kau mengingatku ?” aku menetaskan airmata

“Tidak. Aku Mark. Dan kau ?”

“Kau tak perlu tahu.” aku mengusap airmataku dan meninggalkannya

“Kaaaaaaaak.” Kata anak kecil yang lari dari arah belakangku

“Mengapa kamu ikuti aku? Pergilah dengan ayahmu! Kau sudah dijemput, jangan menyusahkanku!” bentakku padanya

“Kak, ayahku tak pernah sebaik itu dengan orang.”

“Itu bukan urusanku!” aku melanjutkan perjalananku menuju gereja

“Ayah seperti mengenalimu! Tapi, mungkin dia tidak ingat!”

Aku berhenti sejenak dan anak itu menghampiriku.

“Aku rasa ayah mengenalimu di masa lalu tapi dia tidak ingat. Ayah tak ingin kembali ke rumah sebelum dia tahu siapa kamu, kak.”

“Ayahmu hilang ingatan ?”

“Ibu pernah cerita sebelum ibu menikah dengan ayah, ayah mengalami kecelakaan yang menyebabkan ayah hilang ingatan.”

“Lalu, dimana ibumu ?”

“Ibuku sudah meninggal satu tahun yang lalu. Semenjak ibu meninggal, ayah sering bermimpi buruk.”

“Kau bisa cerita padaku di gereja, ikutlah denganku.”

“Bagaimana dengan ayah ku ?”

“Biarkan dia disana, aku tak ingin melihatnya.”

Sesampainya di gereja....

“Ceritakan padaku apa sebenarnya yang terjadi pada ayahmu ?”

Anak itu menangis dan memelukku

“Kak, aku mohon padamu. Bersikaplah baik dengan ayahku meskipun suatu hari nanti kalian akan terluka.”

“Apa maksudmu ?” tanyaku

“Sebelum ibu meninggal, ibu menceritakan semua tentang ayah. Ayah memiliki seseorang yang dia cintai dan orang itu adalah sahabatnya sendiri. Itulah yang ibuku ketahui sebelum ibu menikah. Ibu menerima ayah apa adanya tanpa memikirkan begitu banyaknya luka dihati ibu. Ibu bilang seseorang itu bernama Jackson. Apa kakak bernama Jackson ? Apakah kamu Jackson yang diceritakan ibuku ?” dia menangis

Aku terdiam lemah tak berdaya, melihat anak itu menangis di depanku

“Mengapa ayah harus mencintaimu?!! Mengapa ayah melukai ibuku hanya demi kamu kak?” dia teriak dan memukuliku

“Maaf, aku tak tahu. Dia tak pernah mengabariku semenjak dia berada di LA.”

“Bagaimana bisa dia mengabarimu saat dia hilang ingatan?!! Mengapa kamu membuat ayahku merasa bersalah ? Ayah mimpi buruk karenamu!! Karena mu juga, hati ibuku hancur dan bunuh diri!!!!!!!!!!” bentaknya

“Apa?” aku menetaskan airmata

“Ibu meninggal di hadapanku! Kau tahu kata terakhir yang ibu ucapkan padaku ? Jika suatu hari kau menemui Jackson, jangan membencinya seperti aku membencinya. Saat ibuku meninggal, hati ibuku masih terluka karena kamu kak!!! Kamu harusnya juga mati seperti ibuku!!”

Aku menangis tak tahu harus berkata apa setelah mendengar semua perkataannya. Selama tujuh tahun, ternyata Mark yang lebih menderita. Dan tanpa kusadari, aku melukai anak itu dan juga ibunya.

“Kau pasti mengenali ibuku! Karena ibuku mengenalimu! Setiap ibu menangis, dia selalu mengucapkan namamu kak!!!”

“Siapa nama ibumu ?”

“Suzy.”

“Apa????????? Ya Tuhan, bagaimana ini bisa terjadi ?” aku memukul dadaku dan menangis keras

“Apa yang akan kau lakukan untuk mengganti nyawa ibuku?!! Aku bahkan tak bisa menceritakan itu pada ayah karena ayah yang tak mengenalimu!”

“Tolong, jangan katakan hal itu padanya.” aku memegang tangannya

“Kenapa ? Kau ingin bahagia ? Hidup bersama ayahku ? Tak akan aku biarkan!!”

“Bukan itu yang aku mau! Jika kamu cerita pada ayahmu, ayahmu lah yang akan terluka! Aku tahu bagaimana ayahmu, dia akan rapuh. Dia akan merasa bersalah saat dia tahu suzy meninggal karena dia dan aku!”

“Dan kamu tak merasa bersalah kak ?”

“Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku ? Apa aku mati lalu kau akan hidup tenang?”

“Aku belum ingin kamu mati, kamu masih dibutuhkan agar ayahku bisa mengingat masa lalunya. Itulah yang ku butuhkan sekarang setelah itu aku akan membunuhmu!”

“Kamu ingin membunuhku ? Aku akan menunggu waktunya tiba. Bunuhlah aku jika itu membuatmu lega.” aku melepaskan tangannya

“Aku akan datang padamu ketika aku dewasa. Jangan mati sebelum aku membunuhmu!”

“Baiklah.”

“Aku ingin kamu menemui ayahku. Dan biarkan ayahku menginap dirumahmu sampai dia mengingat semuanya.”

“Bagaimana denganmu ?”

“Aku akan tinggal disini.”

“Tidak! Kau adalah tanggung jawabku!”

“Kau bukan siapa-siapa kak! Kamu hanyalah pembunuh ibuku!”

“Setidaknya kamu berpura-pura tak terjadi apapun demi ayahmu. Demi ayahmu, tinggal dirumahku. Jika sesuatu terjadi padamu, ayahmu akan sangat menyesal.”

“Pergilah duluan.”

Aku pergi meninggalkannya sendiri dan menitip Pastur untuk menjaganya disana. Aku kembali ke rumah ku, dan melihat Mark masih ada di depan rumah ku.

“Kau tak ingin masuk ?” aku menawarkannya

“Thanks.”

“Btw, siapa namamu ?” aku berpura-pura bertanya seakan aku tak mengenalinya

“Mark, dan kamu ?”

“Aku Jackson.” aku melemparkan senyuman padanya

“Seperti nama yang pernah aku dengar, terlihat sangat dekat untukku.”

“Mungkin. Tapi, aku tak mengenalimu.”

“Sepertinya.”

“Apa kau sudah makan ? Aku ingin masak pizza untukmu.”

“Pizza? Itu makanan kesukaanku. Wow, bagaimana kau tahu ?”

“Jenis orang sepertimu banyak yang suka pizza.” aku mengedipkan mataku

Hatiku sangat sakit menerima kenyataan. Mungkin inilah jawaban dari usaha bunuh diriku yang gagal. Suzy tak ingin aku mati demi Mark. Tapi, dari semua kepuraan-puraan ini aku takut menghadapi akhir ceritaku dengan Mark. Aku termenung sejenak di dapur sambil menunggu pizza matang.

Tak lama setelah pizza matang, anak itu kembali ke rumah.

“Ayah.” aku melihatnya dia memeluk Mark

“Kenapa anakku ?”

“Aku ingin menginap disini.”

“Boleh, tapi ayah kembali ke LA.”

“Tidak! Aku mau sama ayah.”

“Lalu, bagaimana dengan pekerjaan ayah ?”

“Aku ingin kita berlibur disini ayah.”

“Berapa lama ?”

“Hmmmm. Satu bulan.”

“Hah? Tidak bisa. Jika ayah tidak masuk selama sebulan, ayah akan dipecat.”

“Kalau begitu, cari saja pekerjaan baru.”

“Tidak. Kamu tak boleh mengorbankan karir ayahmu demi liburan!” bentakku dan menatapnya

“Persetan dengan apa yang kau katakan!” dia melihat ke arahku

“Berhenti! Mengapa kalian bertengkar ? Apakah kalian sudah cukup saling mengenal sehingga bisa meninggikan suara ?!” kata Mark

“Tidak, aku hanya tidak ingin kau melepaskan pekerjaanmu. Jangan, mark.” aku menatap matanya

“Aaaaah, aaah kepalaku sakit!!”’ teriak Mark memegang kepalanya

“Ayah kau tidak apa –apa?”

“Mark, are you ok??”

“Bawa ayahku ke kamar, cepat!!”

Segera aku membawanya ke kamarku

“Jackson! Kepalaku sakit.” dia menatap mataku dan menangis

“Aku akan biarkan kalian berdua disini, aku keluar.”

Aku menarik tangan anak itu, “Dia membutuhkanmu.”

“Ayahku sudah mengenalimu!!!! Mungkin aku yang akan dilupakan.” anak itu menangis

“Aaaaaaah, kepalaku!! Tuhan, sakit!!!” teriak Mark

“Aku tak bisa membiarkan dia disini, kita bawa ayahmu ke rumah sakit.”

Sesampai di rumah sakit dan menunggu kabar dari dokter. Akhirnya setelah sejam berlalu, dokter keluar dari ruangan.

“Ada apa dengan ayahku, dok?” anak kecil itu menangis

“Aku harus bicara dengan walimu, yang lebih tua darimu.”

“Aku kakaknya, dok.”

“Mari kita bicarakan di ruang saya.”

Sesaat di ruangan dokter tersebut

“Aku menemukan kesulitan yang parah di otak pasien untuk mengingat masa lalunya.”

“Dok?”

“Jika dia tetap berusaha untuk menggali masa lalunya, maka dia takkan bertahan lama.”

Aku menetaskan airmataku, mengapa ? Mengapa setelah tujuh tahun tak bertemu begitu banyak luka-luka yang harus aku dan Mark alami.

“Dokter, lalu bagaimana ? Apa yang harus ku lakukan ?”

“Jangan biarkan dia mengingat masalalunya. Jangan biarkan dia hidup bersama masa lalunya.”

“Apakah  tak ada yang bisa di lakukan untuknya ? Mungkin bisa dengan cara terapi ? Lakukan apapun untuk dia, dok!!”

“Tenanglah. Dia akan baik-baik saja jika kau berpura-pura tidak mengenalinya dan tak mengingatkannya pada masa lalu kalian berdua.”

“Apa? Kau siapa?!! Kau mengenaliku dan Mark?”

“Tentu. Aku melakukan operasi plastik jadi kau tak mengenaliku. Aku Jay, Jackson. Aku sangat terkejut melihat kau setelah tujuh tahun tidak bertemu. Aku tak mengerti mengapa Tuhan mempertemukan kita dengan keadaan yang seperti ini.” Jay menangis dihadapanku

“Kau tahu Mark menikah dengan Suzy ?”

“Iya.”

“Kau juga tahu anak kecil itu adalah anaknya Mark ?”

“Iya.”

“Kau tahu Suzy meninggal karena aku ?”

“Apa?”

“Bastard!!!!! Kau seharusnya kasih tahu aku jadi semua tak akan seperti ini!!!”

“Kau bilang Suzy meninggal karena kau ?”

“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Jay? Jika Mark masih tak ingat padaku, anak itu akan makin membenciku.”

“Dia tahu semua tentangmu ?”

“Suzy menceritakan semuanya pada anak itu, saat dia tau aku adalah Jackson. Dia begitu membenciku.” aku menangis

“Maaf, Jackson. Aku pikir, tidak memberitahumu adalah jalan terbaik untuk kalian.”

“Kau juga tahu Mark kecelakaan dan mengalami hilang ingatan ?”

“Iya.”

“Tanpa memberitahuku ?”

“Maafkan aku, Jackson. Yang ku pikirkan saat itu hanya perasaan Suzy. Semua yang kulakukan untuk Suzy ternyata sia-sia.”

“Apa yang sedang kau katakan?”

“Aku akan ceritakan dari awal. Setelah seminggu Mark di LA, aku dan Suzy menyusulnya. Saat itu kau sudah pindah rumahkan? Aku sengaja tak menelponmu karena aku pikir aku harus meminta persetujuan Mark dulu sebelum kau menemuinya. Lalu, selama tinggal di LA kami bertiga semakin dekat lebih dari sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya  aku melihat Suzy bahagia. Saat itu, Mark mengalami kecelakaan sebelum menikah dengan Suzy. Dia memiliki gangguan serius di otaknya sehingga menyebabkan dia lupa ingatan. Ketika Mark sudah sembuh, aku membuat rencana untuk mempertemukan Suzy dengan Mark di hotel. Aku tak sangka rencanaku berhasil dan mereka berhubugan intim. Tak lama setelah itu, Suzy cerita bahwa dia hamil. Aku memberitahukan Mark dan Mark memutuskan untuk menikahi Suzy. Saat pernikahan mereka selesai, aku kembali ke negara ini. Tapi, selama setahun Suzy tak mengabariku. Aku menelponnya tapi tak pernah bisa. Aku tak tahu ternyata dia meninggal. Mengapa Mark tak memberitahuku?” Jay menangis

“Lalu, apa harus kita lakukan untuk Mark?”

“Aku tak tahu, Jackson.”

“Aku akan menemui anak itu, dia membutuhkanku.”

“Tidak. Kau disini saja. Dia pasti tertekan dengan semua yang udah dia alami. Aku akan menenangkannya.” Jay tersenyum padaku dan memegang bahuku

Selama tiga jam aku menunggunya, Jay tak kembali kesini. Aku mendatangi kamar Mark dan tak melihat Jay ataupun anak itu. Aku berlari dan mengelilingi rumah sakit tapi aku tak menemukan mereka. Aku telepon Jay dan dia tak mengangkatnya. Aku menyerah dan kembali ke kamar Mark. Sesampai disana, pintu kamar terbuka. Aku mengintip dari luar, aku melihat tangan Jay penuh dengan darah.

“Maafkan aku Mark, semua terjadi seperti ini karena aku. Maaf, aku juga membunuh anak mu.” teriaknya

Aku masuk ke dalam dan menariknya keluar kamar. Aku mendorongnya ke tembok.

“Apa kau gila? Apa yang kau lakukan kepada anak itu?!!!! Brengsek! Dimana anak itu sekarang ? Katakan!!!”

“Aku membunuhnya, Jackson.” dia tetap menangis

“Apa? Mengapa? Kenapa kau lakukan itu?”

“Aku ingin kau bahagia dengan Jackson, tanpa anak itu!!”

“Bodoh! Yang harusnya kau bunuh adalah aku, bukan anak itu!! Aku bahkan tak tahu namanya. Kau membunuhnya membuatku benar-benar menjadi pembunuh!”

“Katakanlah pada Mark bahwa anaknya pergi ke rumah neneknya. Dan kau bisa hidup bahagia bersamanya. Aku akan mengeluarkan diri dari pekerjaanku.” Jay melepaskan tangaku dari kerahnya

Aku  menangis keras mendengar semua itu, aku tak tahu bagaimana aku hidup penuh dengan kebohongan. Bagaimana bisa aku membohongi Mark yang telah mengalami banyak luka? Aku ingin mati, aku ingin berhenti. Seandainya saja anak itu tidak ku persilahkan masuk ke rumahku, mungkin ini tak akan terjadi....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar