Jackson POV
Sudah
tujuh tahun berlalu semenjak Mark pergi ke Los Angeles. Aku menjalani hidupku
sebagaimana mestinya laki-laki menjalani kehidupan. Dari semua usaha bunuh diri
yang ku lakukan gagal, kini aku hanya bisa berharap bahwa Mark akan datang
kembali meskipun entah bagaimana statusnya. Ku rasa hidupku tidak sia-sia
walaupun tanpa Mark karena aku menjadi sukarelawan di gereja dekat rumahku. Aku
meninggalkan semua kenangan ku bersama Mark di rumah sewaan itu, dan juga tak
berkomunikasi lagi dengan Suzy. Yang ku punya hanyalah nomor Jay di hp-ku,
berharap Jay akan menelponku jika Mark datang.
“Kak, aku lapar.”
rintihan anak kecil yang berada di depan rumahku
Aku tak tahu dia siapa
tapi wajahnya mirip sekali dengan Mark. Aku memperbolehkannya masuk dan
memberikan dia makanan.
“Kamu berasal dari
mana? Dimana orangtua mu ?”
“Aku.. aku tersesat
disini. Aku tak bisa menemukan ayahku, kak.” anak kecil itu menangis
“Aku akan telepon
ayahmu, berikan noomornya padaku.”
Lalu, aku menelpon ayah
dari anak itu. Saat aku mendengar suaranya, aku melihat ke arah anak kecil
tersebut.
“Apakah kamu mark ?”
tanyaku tanpa memikirkan anak kecil itu
“Siapa kamu ? Kau
mengenaliku ?”
“Kau tak tahu siapa
aku?” tanyaku padanya
“Bagaimana bisa aku
mengetahui siapa kau hanya dengan suaramu!” bentaknya
“Anakmu ada dirumahku,
datanglah segera kesini. Dia tersesat dan sangat menunggu kehadiranmu. Aku akan
kirim alamat lengkap rumahku.” aku mematikan ponselku
Aku terdiam sejenak,
selama tujuh tahun aku mendengar kembali suara itu. suara yang selalu aku
simpan dalam hati dan pikiranku.
“Kak, apakah ayahku
akan datang kesini ?”
“Tunggu saja.”
Aku pergi ke kamarku
dan mengabaikan anak itu hingga ayahnya datang. Aku benar-benar tak berharap
ayah dari anak tersebut adalah Mark. Aku hanya belum bisa menerima kenyataan,
mungkin aku akan hancur berkeping-keping.
*knock-knock*
Aku mendengar ketukan
suara pintu, aku membiarkan anak kecil itu membuka pintu. Aku tetap
mengabaikannya dan menaikkan volume lagu di kamarku.
“Kak, bukalah pintu.
Aku ingin berpamitan pulang.” kata anak kecil itu
Aku mendengarnya tapi
aku masih mengabaikannya, hingga tak lama kemudian aku mendengar suara pintu
kamarku terbuka.
“Terimakasih sudah
menyelamatkan anakku, jika bukan karena kau mungkin aku tak tahu mencarinya
kemana lagi.”
“Nevermind.” Kataku
tanpa menoleh ke arahnya
Tanpa ku sadari, aku
meneteskan airmata. Suara yang selama ini aku rindukan.
“Siapa namamu ?” dia
bertanya lagi padaku
“Bawalah anakmu pulang
sekarang, dia pasti merindukan ibunya.”
“Bagaimanapun juga aku
berhutang budi padamu, aku ingin tahu siapa namamu ?”
“Tak perlu! Pergilah
sekarang! Aku tak ingin diganggu.” Bentakku
“Maaf jika kami
mengganggu waktumu tapi jujur kau seperti orang yang ku kenal.”
“Kau mengenaliku?” dan
aku meneteskan airmata lagi
“Hanya sekilas, mungkin
aku salah orang. Kami pergi dulu, terimakasih.”
Aku menangis tak henti
saat mendengar suara pintu kamarku tertutup. Hatiku sakit, aku ingin tahu
apakah dia benar-benar Mark? Tapi, jika aku menoleh ke belakang aku yakin aku
tak bisa menerima kenyataan yang ada. Mengapa dia mengingkari janjinya ?
Bukankah dia bilang dia akan menikah setelah aku menikah ? Mengapa dia duluan
yang menikah ? Mengapa dia tak mengabariku saat dia menikah ? Aku sangat
membencinya.
Setelah dua jam
menangis di kamar, aku keluar dari rumah. Tepat di depan pintu, aku melihatnya.
Seseorang yang membodohiku dan melukai hatiku.
“Terimakasih.” dia
tersenyum padaku
“Kau mengingatku ?” aku
menetaskan airmata
“Tidak. Aku Mark. Dan
kau ?”
“Kau tak perlu tahu.”
aku mengusap airmataku dan meninggalkannya
“Kaaaaaaaak.” Kata anak
kecil yang lari dari arah belakangku
“Mengapa kamu ikuti
aku? Pergilah dengan ayahmu! Kau sudah dijemput, jangan menyusahkanku!”
bentakku padanya
“Kak, ayahku tak pernah
sebaik itu dengan orang.”
“Itu bukan urusanku!”
aku melanjutkan perjalananku menuju gereja
“Ayah seperti
mengenalimu! Tapi, mungkin dia tidak ingat!”
Aku berhenti sejenak
dan anak itu menghampiriku.
“Aku rasa ayah
mengenalimu di masa lalu tapi dia tidak ingat. Ayah tak ingin kembali ke rumah
sebelum dia tahu siapa kamu, kak.”
“Ayahmu hilang ingatan
?”
“Ibu pernah cerita
sebelum ibu menikah dengan ayah, ayah mengalami kecelakaan yang menyebabkan
ayah hilang ingatan.”
“Lalu, dimana ibumu ?”
“Ibuku sudah meninggal
satu tahun yang lalu. Semenjak ibu meninggal, ayah sering bermimpi buruk.”
“Kau bisa cerita padaku
di gereja, ikutlah denganku.”
“Bagaimana dengan ayah
ku ?”
“Biarkan dia disana,
aku tak ingin melihatnya.”
Sesampainya di
gereja....
“Ceritakan padaku apa
sebenarnya yang terjadi pada ayahmu ?”
Anak itu menangis dan
memelukku
“Kak, aku mohon padamu.
Bersikaplah baik dengan ayahku meskipun suatu hari nanti kalian akan terluka.”
“Apa maksudmu ?”
tanyaku
“Sebelum ibu meninggal,
ibu menceritakan semua tentang ayah. Ayah memiliki seseorang yang dia cintai
dan orang itu adalah sahabatnya sendiri. Itulah yang ibuku ketahui sebelum ibu
menikah. Ibu menerima ayah apa adanya tanpa memikirkan begitu banyaknya luka
dihati ibu. Ibu bilang seseorang itu bernama Jackson. Apa kakak bernama Jackson
? Apakah kamu Jackson yang diceritakan ibuku ?” dia menangis
Aku terdiam lemah tak
berdaya, melihat anak itu menangis di depanku
“Mengapa ayah harus
mencintaimu?!! Mengapa ayah melukai ibuku hanya demi kamu kak?” dia teriak dan
memukuliku
“Maaf, aku tak tahu.
Dia tak pernah mengabariku semenjak dia berada di LA.”
“Bagaimana bisa dia
mengabarimu saat dia hilang ingatan?!! Mengapa kamu membuat ayahku merasa
bersalah ? Ayah mimpi buruk karenamu!! Karena mu juga, hati ibuku hancur dan
bunuh diri!!!!!!!!!!” bentaknya
“Apa?” aku menetaskan
airmata
“Ibu meninggal di
hadapanku! Kau tahu kata terakhir yang ibu ucapkan padaku ? Jika suatu hari kau
menemui Jackson, jangan membencinya seperti aku membencinya. Saat ibuku
meninggal, hati ibuku masih terluka karena kamu kak!!! Kamu harusnya juga mati
seperti ibuku!!”
Aku menangis tak tahu
harus berkata apa setelah mendengar semua perkataannya. Selama tujuh tahun,
ternyata Mark yang lebih menderita. Dan tanpa kusadari, aku melukai anak itu
dan juga ibunya.
“Kau pasti mengenali
ibuku! Karena ibuku mengenalimu! Setiap ibu menangis, dia selalu mengucapkan
namamu kak!!!”
“Siapa nama ibumu ?”
“Suzy.”
“Apa????????? Ya Tuhan,
bagaimana ini bisa terjadi ?” aku memukul dadaku dan menangis keras
“Apa yang akan kau
lakukan untuk mengganti nyawa ibuku?!! Aku bahkan tak bisa menceritakan itu
pada ayah karena ayah yang tak mengenalimu!”
“Tolong, jangan katakan
hal itu padanya.” aku memegang tangannya
“Kenapa ? Kau ingin
bahagia ? Hidup bersama ayahku ? Tak akan aku biarkan!!”
“Bukan itu yang aku
mau! Jika kamu cerita pada ayahmu, ayahmu lah yang akan terluka! Aku tahu
bagaimana ayahmu, dia akan rapuh. Dia akan merasa bersalah saat dia tahu suzy
meninggal karena dia dan aku!”
“Dan kamu tak merasa
bersalah kak ?”
“Apa yang harus
kulakukan untuk menebus kesalahanku ? Apa aku mati lalu kau akan hidup tenang?”
“Aku belum ingin kamu
mati, kamu masih dibutuhkan agar ayahku bisa mengingat masa lalunya. Itulah
yang ku butuhkan sekarang setelah itu aku akan membunuhmu!”
“Kamu ingin membunuhku
? Aku akan menunggu waktunya tiba. Bunuhlah aku jika itu membuatmu lega.” aku
melepaskan tangannya
“Aku akan datang padamu
ketika aku dewasa. Jangan mati sebelum aku membunuhmu!”
“Baiklah.”
“Aku ingin kamu menemui
ayahku. Dan biarkan ayahku menginap dirumahmu sampai dia mengingat semuanya.”
“Bagaimana denganmu ?”
“Aku akan tinggal
disini.”
“Tidak! Kau adalah
tanggung jawabku!”
“Kau bukan siapa-siapa
kak! Kamu hanyalah pembunuh ibuku!”
“Setidaknya kamu
berpura-pura tak terjadi apapun demi ayahmu. Demi ayahmu, tinggal dirumahku.
Jika sesuatu terjadi padamu, ayahmu akan sangat menyesal.”
“Pergilah duluan.”
Aku pergi
meninggalkannya sendiri dan menitip Pastur untuk menjaganya disana. Aku kembali
ke rumah ku, dan melihat Mark masih ada di depan rumah ku.
“Kau tak ingin masuk ?”
aku menawarkannya
“Thanks.”
“Btw, siapa namamu ?”
aku berpura-pura bertanya seakan aku tak mengenalinya
“Mark, dan kamu ?”
“Aku Jackson.” aku
melemparkan senyuman padanya
“Seperti nama yang
pernah aku dengar, terlihat sangat dekat untukku.”
“Mungkin. Tapi, aku tak
mengenalimu.”
“Sepertinya.”
“Apa kau sudah makan ?
Aku ingin masak pizza untukmu.”
“Pizza? Itu makanan
kesukaanku. Wow, bagaimana kau tahu ?”
“Jenis orang sepertimu
banyak yang suka pizza.” aku mengedipkan mataku
Hatiku sangat sakit
menerima kenyataan. Mungkin inilah jawaban dari usaha bunuh diriku yang gagal.
Suzy tak ingin aku mati demi Mark. Tapi, dari semua kepuraan-puraan ini aku
takut menghadapi akhir ceritaku dengan Mark. Aku termenung sejenak di dapur
sambil menunggu pizza matang.
Tak lama setelah pizza
matang, anak itu kembali ke rumah.
“Ayah.” aku melihatnya
dia memeluk Mark
“Kenapa anakku ?”
“Aku ingin menginap
disini.”
“Boleh, tapi ayah
kembali ke LA.”
“Tidak! Aku mau sama
ayah.”
“Lalu, bagaimana dengan
pekerjaan ayah ?”
“Aku ingin kita
berlibur disini ayah.”
“Berapa lama ?”
“Hmmmm. Satu bulan.”
“Hah? Tidak bisa. Jika
ayah tidak masuk selama sebulan, ayah akan dipecat.”
“Kalau begitu, cari
saja pekerjaan baru.”
“Tidak. Kamu tak boleh
mengorbankan karir ayahmu demi liburan!” bentakku dan menatapnya
“Persetan dengan apa
yang kau katakan!” dia melihat ke arahku
“Berhenti! Mengapa
kalian bertengkar ? Apakah kalian sudah cukup saling mengenal sehingga bisa
meninggikan suara ?!” kata Mark
“Tidak, aku hanya tidak
ingin kau melepaskan pekerjaanmu. Jangan, mark.” aku menatap matanya
“Aaaaah, aaah kepalaku
sakit!!”’ teriak Mark memegang kepalanya
“Ayah kau tidak apa
–apa?”
“Mark, are you ok??”
“Bawa ayahku ke kamar,
cepat!!”
Segera aku membawanya
ke kamarku
“Jackson! Kepalaku
sakit.” dia menatap mataku dan menangis
“Aku akan biarkan
kalian berdua disini, aku keluar.”
Aku menarik tangan anak
itu, “Dia membutuhkanmu.”
“Ayahku sudah
mengenalimu!!!! Mungkin aku yang akan dilupakan.” anak itu menangis
“Aaaaaaah, kepalaku!!
Tuhan, sakit!!!” teriak Mark
“Aku tak bisa
membiarkan dia disini, kita bawa ayahmu ke rumah sakit.”
Sesampai di rumah sakit
dan menunggu kabar dari dokter. Akhirnya setelah sejam berlalu, dokter keluar
dari ruangan.
“Ada apa dengan ayahku,
dok?” anak kecil itu menangis
“Aku harus bicara
dengan walimu, yang lebih tua darimu.”
“Aku kakaknya, dok.”
“Mari kita bicarakan di
ruang saya.”
Sesaat di ruangan
dokter tersebut
“Aku menemukan
kesulitan yang parah di otak pasien untuk mengingat masa lalunya.”
“Dok?”
“Jika dia tetap
berusaha untuk menggali masa lalunya, maka dia takkan bertahan lama.”
Aku menetaskan
airmataku, mengapa ? Mengapa setelah tujuh tahun tak bertemu begitu banyak
luka-luka yang harus aku dan Mark alami.
“Dokter, lalu bagaimana
? Apa yang harus ku lakukan ?”
“Jangan biarkan dia
mengingat masalalunya. Jangan biarkan dia hidup bersama masa lalunya.”
“Apakah tak ada yang bisa di lakukan untuknya ?
Mungkin bisa dengan cara terapi ? Lakukan apapun untuk dia, dok!!”
“Tenanglah. Dia akan
baik-baik saja jika kau berpura-pura tidak mengenalinya dan tak mengingatkannya
pada masa lalu kalian berdua.”
“Apa? Kau siapa?!! Kau
mengenaliku dan Mark?”
“Tentu. Aku melakukan
operasi plastik jadi kau tak mengenaliku. Aku Jay, Jackson. Aku sangat terkejut
melihat kau setelah tujuh tahun tidak bertemu. Aku tak mengerti mengapa Tuhan
mempertemukan kita dengan keadaan yang seperti ini.” Jay menangis dihadapanku
“Kau tahu Mark menikah
dengan Suzy ?”
“Iya.”
“Kau juga tahu anak
kecil itu adalah anaknya Mark ?”
“Iya.”
“Kau tahu Suzy meninggal
karena aku ?”
“Apa?”
“Bastard!!!!! Kau
seharusnya kasih tahu aku jadi semua tak akan seperti ini!!!”
“Kau bilang Suzy
meninggal karena kau ?”
“Apa yang harus aku
lakukan sekarang, Jay? Jika Mark masih tak ingat padaku, anak itu akan makin
membenciku.”
“Dia tahu semua
tentangmu ?”
“Suzy menceritakan
semuanya pada anak itu, saat dia tau aku adalah Jackson. Dia begitu
membenciku.” aku menangis
“Maaf, Jackson. Aku
pikir, tidak memberitahumu adalah jalan terbaik untuk kalian.”
“Kau juga tahu Mark
kecelakaan dan mengalami hilang ingatan ?”
“Iya.”
“Tanpa memberitahuku ?”
“Maafkan aku, Jackson.
Yang ku pikirkan saat itu hanya perasaan Suzy. Semua yang kulakukan untuk Suzy
ternyata sia-sia.”
“Apa yang sedang kau
katakan?”
“Aku akan ceritakan
dari awal. Setelah seminggu Mark di LA, aku dan Suzy menyusulnya. Saat itu kau
sudah pindah rumahkan? Aku sengaja tak menelponmu karena aku pikir aku harus
meminta persetujuan Mark dulu sebelum kau menemuinya. Lalu, selama tinggal di
LA kami bertiga semakin dekat lebih dari sebelumnya. Dan untuk pertama
kalinya aku melihat Suzy bahagia. Saat
itu, Mark mengalami kecelakaan sebelum menikah dengan Suzy. Dia memiliki
gangguan serius di otaknya sehingga menyebabkan dia lupa ingatan. Ketika Mark
sudah sembuh, aku membuat rencana untuk mempertemukan Suzy dengan Mark di
hotel. Aku tak sangka rencanaku berhasil dan mereka berhubugan intim. Tak lama
setelah itu, Suzy cerita bahwa dia hamil. Aku memberitahukan Mark dan Mark
memutuskan untuk menikahi Suzy. Saat pernikahan mereka selesai, aku kembali ke
negara ini. Tapi, selama setahun Suzy tak mengabariku. Aku menelponnya tapi tak
pernah bisa. Aku tak tahu ternyata dia meninggal. Mengapa Mark tak
memberitahuku?” Jay menangis
“Lalu, apa harus kita
lakukan untuk Mark?”
“Aku tak tahu,
Jackson.”
“Aku akan menemui anak
itu, dia membutuhkanku.”
“Tidak. Kau disini
saja. Dia pasti tertekan dengan semua yang udah dia alami. Aku akan
menenangkannya.” Jay tersenyum padaku dan memegang bahuku
Selama tiga jam aku
menunggunya, Jay tak kembali kesini. Aku mendatangi kamar Mark dan tak melihat
Jay ataupun anak itu. Aku berlari dan mengelilingi rumah sakit tapi aku tak
menemukan mereka. Aku telepon Jay dan dia tak mengangkatnya. Aku menyerah dan
kembali ke kamar Mark. Sesampai disana, pintu kamar terbuka. Aku mengintip dari
luar, aku melihat tangan Jay penuh dengan darah.
“Maafkan aku Mark,
semua terjadi seperti ini karena aku. Maaf, aku juga membunuh anak mu.”
teriaknya
Aku masuk ke dalam dan
menariknya keluar kamar. Aku mendorongnya ke tembok.
“Apa kau gila? Apa yang
kau lakukan kepada anak itu?!!!! Brengsek! Dimana anak itu sekarang ?
Katakan!!!”
“Aku membunuhnya,
Jackson.” dia tetap menangis
“Apa? Mengapa? Kenapa
kau lakukan itu?”
“Aku ingin kau bahagia
dengan Jackson, tanpa anak itu!!”
“Bodoh! Yang harusnya
kau bunuh adalah aku, bukan anak itu!! Aku bahkan tak tahu namanya. Kau
membunuhnya membuatku benar-benar menjadi pembunuh!”
“Katakanlah pada Mark
bahwa anaknya pergi ke rumah neneknya. Dan kau bisa hidup bahagia bersamanya. Aku
akan mengeluarkan diri dari pekerjaanku.” Jay melepaskan tangaku dari kerahnya
Aku menangis keras mendengar semua itu, aku tak
tahu bagaimana aku hidup penuh dengan kebohongan. Bagaimana bisa aku membohongi
Mark yang telah mengalami banyak luka? Aku ingin mati, aku ingin berhenti.
Seandainya saja anak itu tidak ku persilahkan masuk ke rumahku, mungkin ini tak
akan terjadi....