Piece of Art

Selasa, 29 Januari 2013

IBU


Karya : Yuri Maulydina   

      Tidak ada yang mampu menggantikan kebahagiaan saat sedang bersama ibu. Namun, berbeda dengan Kandra. Kandra telah retak hubungan dengan ibunya. Selalu dalam pikirannya adalah ibu yang ia miliki saat ini tidak pantas untuk dicintainya lagi. Tidak sama dengan anak- anak lain yang menyalim tangan ibunya. Buat Kandra hal seperti itu sungguh memuakkan.
Di Pagi hari
Ibu : “Anakku, ibu sudah menyiapkan bekal untukmu ke sekolah.”
Kandra : “Tidak perlu, bu. Aku sudah besar, tidak usah diperlakukan seperti anak kecil.”
Ibu : “Tapi nak, ini makanan kesukaanmu. Kamu pasti akan menyukainya.”
Kandra : “Aku bilang tidak usah bu.” (jawab Kandra dengan nada tinggi)
Ibu : “Ya sudah kalau begitu ya nak. Kamu hati-hati ke sekolah, sukses ya anakku.” (kata Ibu sambil terbatuk-batuk)
Kandra tidak pernah mau peduli dengan ibunya, sekalipun hari ini ibunya sedang sakit. Kandra tetap pergi ke sekolah dan tidak mau tahu tentang keadaan ibunya.
#
Kandra memiliki genk di sekolahannya, bernama Triple Contrast. Yang terdiri dari Wanda, Valin, dan Juana.
Ketika jam istirahat di sekolah, Triple Contrast mulai menduduki teras depan kelas mereka.
Wanda : “Kau kenapa ndra? Pasti ada masalah ya?” (sambil memegang bahu Kandra)
Valin : “Ya, ilmu firasatku bilang dia bermasalah lagi sama ibunya.” jawab Valin
Kandra : “Aku tak ngertilah sama ibuku. Benci kali aku sama dia, masa ya tadi pagi aku disuruh bawa bekal. Dia pikir aku anak kecil!” ucap Wanda dengan kesal
Wanda : “Gak salah juga kan bawa bekal ? Itu buat perut kau juga.”
Valin : “Anak kayak Kandra mana mau sih bawa bekal, wan.”
Kandra : “Dia itu ya tumben siapin aku bekal, biasanya kan bodo amat sama aku wan.”
Valin : “Tapi gimanapun juga ibu kau itu, jangan sampai kau jadi anak durhaka. Sudah banyak sejarah tentang anak durhaka.”
Kandra : “Val, kau tak tau permasalahannya. Lebih baik kau diam!”
Wanda : “Ndra, aku tau kau kesal. Tapi jangan begini juga, setiap kali kau ada masalah selalu saja seperti ini. Aku tak suka liatnya!” (pergi dengan kesal)
Karena melihat Wanda pergi, Kandra pun juga ikut pergi meninggalkan Valin sendiri di teras itu. Lalu Kandra pergi mencari Juana, karena Kandra tahu yang bisa membantunya cuma Juana. Setelah mencari Juana ternyata dia diperpustakaan sibuk dengan hp nya.
Kandra : “Ju....” (teriak dari arah pintu perpustakaan)
Juana pun menoleh kearah suara Kandra lalu dia melambaikan tangan.
Kandra : “Kau ada disini rupanya. Akhirnya aku ketemu kau. Aku tak tahu lagi harus cerita ke siapa.”
Juana : “Mengenai ibu kau itu ?”
Kandra : “Iya.” (dengan suara yang lemas)
Juana : “Sudahlah, tak usah jadi beban buat kau. Anggap saja dia sebagai orang yang cuma numpang lewat dihidup kau. Aku tahu kau benci sama dengan ibu kau, aku juga begitu. Tapi tak mau lagi ku uruskan masalahku dengan ibuku.”
Kandra : “Tapi kali ini Wanda marah sama aku begitu juga Valin yang menceramahiku.”
Juana : “Kau karena terlalu emosi. Biarkan saja mereka dulu. Sudahlah aku mau balik ke kelas dulu, aku ingin tidur. Kau juga ikut ?”
Kandra : “Ya, aku juga harus belajar untuk ulangan nanti.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, seperti biasa Kandra selalu pulang dengan Juana. Tapi hari ini dia bertemu dengan seorang pengemis di jalan perempatan rumahnya.
Pengemis : “Wahai anak malang. Begitu kasihannya dirimu, nak. Kau harus cepat merubah kebencianmu kepada ibumu itu. Kau akan menyesal nak.” (memegang tangan Kandra dari arah yang berlawanan)
Kandra : “Eh, pengemis. Apa maksud mulut kau itu ?”
Pengemis : (memegang dadanya) “Berani sekali kau bilang itu kepadaku, nak. Aku bisa melihat apa yang terjadi nanti. Kau tidak boleh benci dengan ibumu, jangan dengarkan teman mu yang tidak benar itu. Ibumu sungguh menyayangimu, nak”
Kandra : “Tolong ya, bapak pengemis. Jangan buat skenario yang aneh. Saya tahu maksud bapak adalah ingin menipu saya. Jangan sok tahu dengan kehidupan saya.” (pergi dengan angkuhnya –membuang muka-)
Pengemis : “Kau akan menyesal nanti, haha.” (teriak si pengemis dari kejauhan)
Kandra  pun secepat mungkin menjauh dari pengemis itu dan sibuk membersihkan tangannya yang dipegang oleh si pengemis. Lalu dia berlari dengan cepat menuju rumahnya.
#
Sesampai dirumah..
Kandra sangat terkerjut karena kehadiran guru bimbingannya disekolah. Dia bingung mengapa guru nya itu bisa datang kerumahnya.
Kandra : “Iiiiibuu dina...”
Ibu Dina : “Ya kandra. Saya kesini ingin menyampaikan sesuatu ke kamu. Kabar ini sudah saya beritahu ke Wanda dan Valin tadi. Dan sekarang saya harus menyampaikan berita ini ke kamu.”
Kandra : “Tentang apa ya bu?”
Ibu Dina : “Ini mengenai Juana. Dia memakai bahan narkotika, ndra.”
Kandra : “Ibu bercanda ya ?”
Ibu Dina : “Tidak kandra. Selain menggunakan obat dia juga mengalami gangguan psikis cukup hebat.”
Kandra : “Apa ?” (dengan wajah terkejut)
Ibu Dina : “Menurut pengakuan Wanda dan Valin, kamu memiliki masalah yang sama dengan Juana.”
Kandra : “Juana lebih mengerti saya dibanding dengan Wanda dan Valin.”
Ibu Dina : “Begini saya sudah meneliti sikap-sikap Juana akhir ini. Dia amat berbeda dari sebelumnya, walaupun sekilas mata dia masih normal.”
Kandra : “Maksudnya ibu dia sudah gila ?”
Ibu Dina : “Maaf, kandra. Saya sudah tahu ini sejak lama, tapi saya menyimpannya dari kalian bertiga. Saya harap kamu jangan kaget seperti Wanda dan Valin.”
Kandra : “Katakan saja, bu.”
Ibu Dina : “Kamu punya masalah dengan ibumu sama dengan Juana, bukan ?”
Kandra : (mengangguk dan diam)
Ibu Dina : “Ibunya  sudah lama meninggal, kandra. Sekitar dua tahun yang lalu dia meninggal. Juana bilang dia bermasalah dengan ibunya, karena dia tidak terima kenyataan bahwa ibunya sudah meninggal. Ditambah lagi dengan dia tinggal bersama ayah tirinya.”
Kandra : “Tapi kenapa dia harus bohong dengan kami?”
Ibu Dina : “Dia amat menderita, kandra. Ibu yang diakuinya sebagai ibu yang jahat adalah orang yang sangat dia sayang. Bahkan ayah tirinya telah melakukan tindakan kekerasan seksual ke Juana. Ibu pun baru tahu hal itu kemarin setelah kerumahnya dan ini harus segera diselesaikan.”
Kandra : (menangis)
Ibu Dina : “Apa masalah kamu dengan ibumu ?”
Kandra : “Dua tahun lebih bu saya menahan derita ini sendiri. Bahkan Wanda dan Valin hanya tahu saya benci dengan ibu tanpa tahu alasan saya. Ibu egois, dia tidak mementingkan anaknya. Kenapa dia harus pisah dari ayah saya ? Kalau seperti ini, dia banting tulang sendiri sedangkan saya masih butuh biaya untuk kuliah nanti bu. Ibu jarang sekali perhatian ke saya setelah pisah dari ayah. Dia lebih memilih kerja tanpa bertanya tentang keseharian saya disekolah.” ( sambil menangis)
Dibalik tirai biru itu ternyata sang Ibu mendengar perkataan anaknya. Ibu nya menjatuhkan airmata yang sangat banyak. Dengan kondisi yang lemahnya, dia pun jatuh pingsan. Melihat ibunya pingsan, Kandra langsung menhampiri ibunya. Lalu diangkat nya ibu ke dalam kamar, menunggu ibunya di kamar, memegang erat tangan ibunya. Sedangkan Ibu Dina sedang menelpon ambulance untuk datang kerumah Kandra. Hampir setengah jam akhirnya ambulance datang kerumah itu. Membawa sang ibu menuju ke rumah sakit. Di dalam ambulance Kandra masih tetap memegang tangan ibunya.
#
Di rumah sakit..
Keadaan Ibu yang belum diketahui Kandra membuatnya semakin khawatir. Dia terus menangis melihat sang Ibu berada di ruang ICU dengan lemahnya. Lalu datang Wanda, Valin beserta ayah Kandra. Saat melihat ayahnya, dia langsung memeluk ayahnya sambil menangis.
Kandra : “Ayah.. Aku takut, yah. Ini semua karena kesalahanku. Aku takut!!” (sambil menangis)
Ayah : “Tenanglah, anakku. Kita harus percaya dokter bisa mengatasinya.”
Kandra : “Andaikan ayah dan ibu tidak pisah aku tak akan seperti ini.”
Ayah : “Ikutlah kemari, nak. Kamu harus tahu hal ini.” (menarik Kandra ke bangku penunggu)
Kandra mengelap air matanya, melihat ayahnya dengan serius.
Ayah : “Ibu mu salah paham nak. Ibu mu menyangka ada wanita lain yang mengganggu keluarga kita. Padahal dia hanya teman, bukan wanita yang ayah cintai. Ibumu lah satu-satunya yang ayah sayang nak. Tapi ibumu memilih untuk pisah. Dengan upaya yang banyak ayah beritahu nak ke ibumu, tapi dia tidak mau mendengarkan.”
Kandra : “Lalu ayah kenapa hanya diam ? Kenapa tidak menarik kembali aku dan ibu ? Apa ayah sudah menikah lagi ?”
Ayah : “Tidak akan pernah, anakku. Di dunia ini yang ku cintai hanya kamu dan ibumu.”
Kandra hanya memeluk ayahnya dan tetap menangis.
Valin : “Wan, ilmu firasat ku bilang akan terjadi hal buruk yang menimpa Kandra.” (bisiknya ke Wanda)
Wanda : “Jaga bicara kau itu, pelankan sedikit. Suasana ini tidak mengenakkan untuk Kandra.”
Valin merunduk terus dan takut melihat Kandra. Dia takut Kandra semakin sedih, dia tetap menggigit mulutnya agar dia tak bicara dengan Kandra. Tak lama dokterpun keluar dari kamar tersebut, dan..
Dokter : “Maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Dia tidak dapat di selamatkan karena dia sudah mengidap penyakit jantung stadium 4. Sudah terlambat semuanya, saya permisi dulu.” (sambil menepuk bahu Kandra yang dari tadi menangis)
Kandra mendengar hal itu langsung berlari ke arah kamar. Lalu memeluk ibunya dengan erat, mencium kening dan terus menangisinya. Sungguh tidak disangka semua ini akan terjadi padanya. Hal bertemu dengan si pengemis membuat dia semakin tambah menyesal. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Kandra. Semuanya sudah terlambat. Bahkan ibunya mengalami penyakit parah dia tidak mengetahuinya. Kandra, itulah namanya. Gadis yang masih duduk di bangku SMA ini telah menuliskan cerita baru tentang anak durhaka. Dia hanya terus menangis dan menangis. Kepergian ibunya telah menyadarkan dia bahwa ibu memang sangat berarti. Tidak akan mungkin ada anak yang membenci ibunya, TIDAK ADA.
Surat Biru yang tertulis oleh Kandra untuk sang ibu
Ibu..
Aku sangat menyesal dengan semua ini
Andaikan aku tidak seperti itu
Mungkin sampai detik ini aku masih bersamamu
Ibu..
Aku akan selalu mengirim doa untukmu
Menuliskan surat untukmu
Agar kita tetap dekat
Ibu..
Aku akan menyusulmu suatu hari nanti
Dan aku selalu meminta pada Allah
Semoga kita dipersatukan kembali
Menjadi keluarga yang utuh
Menjadi lebih bahagia dari kehidupan disini
Menjadi sangat nyata untuk merangkul kebahagiaan
Ibu..
Aku mencintaimu selamanya
Tunggulah aku disana
Dan tetaplah bahagia di sisi Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar